Kisah Pilu Ibu yang Melahirkan di Atas Lumpur

Kisah Pilu Ibu yang Melahirkan di Atas Lumpur
Foto: Proses Persalinan Trisnawati di Dalam Mobil Dibantu Oleh Perangkat Bidan Puskesmas Dan Desa
Kisah Pilu Ibu yang Melahirkan di Atas Lumpur

Kisah Pilu Ibu yang Melahirkan di Atas Lumpur

Kabaritah.com, Arut Utara Kotawaringin Barat - Trisnawati, (28) tahun terpaksa harus melahirkan anak ketiganya di dalam mobil milik Sekretaris Desa Penyombaan, Arut Utara, Kotawaringin Barat, Kalteng, karena terjebak dalam kubangan lumpur. Kendaraan roda empat yang mau mengantarkan Trisnawati bersama perangkat dan bidan desa ke Puskesmas Desa Sambi dengan jarak tempuh 15 kilometer amblas pada lubang jalan yang rusak.

Situasi ini membuat suami Trisnawati mengambil langkah cepat menghubungi pihak Puskesmas dengan menggunakan sepeda motor. Lagi-lagi bantuan tenaga medis yang menggunakan mobil dinas Puskesmas tidak mampu mencapai lokasi dimana pasien itu berada.

Tak menunggu lama, tenaga medis yang dibantu oleh perangkat desa terpaksa berjalan kaki dengan membawa peralatan medis yang dibutuhkan. Tabung oksigen pun harus dipanggul untuk mencapai dimana titik mobil yang mengangkut pasien itu berada.

Setelah melalui proses panjang, persalinan di dalam mobil itu diberikan kelancaran hingga ibu dan bayinya bisa diselamatkan pada 6 September lalu, sekitar pukul 09.53 WIB . Bayi laki-laki dengan berat 4.2 kilogram itu kini diberikan nama Alfaredi dan dirawat Ibunya di jalan Pemuda RT 01 Desa Penyombaan.

Sekretaris Desa Penyombaan, Kasriful Anshori membenarkan kisah ini. Ia bahkan turut mengantarkan langsung sang ibu hamil ini. Dalam benaknya, saat mobil amblas terjebak lubang berlumpur tidak ada pilihan lain kecuali memberikan pengarahan kepada bidan desa dan puskesmas agar persalinannya di dalam mobil. Mengingat pasien tersebut sudah memperlihatkan tanda-tanda kontraksi.

"Peristiwa itu tentu akan menjadi sejarah bagi ibu dan bayinya itu sendiri. Yang penting semuanya selamat meskipun proses kelahiran di dalam mobil dan di atas lumpur," paparnya, Jumat (19/11) siang.

Dikatakannya, mobil ambulan desa waktu itu ada, namun terparkir di sebrang sungai, mengingat jalan menuju kecamatan maupun kabupaten harus melalui sebrang sungai. Mobil ambulan desa itu pun sebenarnya sudah disiapkan untuk kebutuhan desa dan warga. Namun kali ini, mengingat kondisi ibu hamil ini sudah sering kontraksi maka bidan desa memilih Puskesmas terdekat meskipun dengan jalan yang lebih sulit dilalui.

Dari kisah pilu bercampur bahagia ini tentu banyak masyarakat yang memberikan perhatian atas kondisi jalan yang ada. Mereka juga berharap agar Pemda Kotwaringin Barat segera mengambil langkah-langkah guna memperbaiki jalan P3DT atau jalan negara tersebut. Sehingga selain mengantisipasi warga yang sedang butuh pentolongan medis juga menentukan urat nadi perekonomian warga.